Makna yang Terkandung Dalam Ibadah Haji dan Rukun-rukunnya



Seperti yang kita ketahui bahwa haji merupakan Rukun Islam ke-5 yang wajib dilaksanakan bagi seorang muslim dan muslimah yang mampu. Baik mampu dan siap dalam hal fisik, mental dan materi.

Haji adalah puncak ibadah Islam tertinggi yang mengajarkan makna pengorbanan tertinggi dan kecintaan kita terhadap Allah SWT. Disebut pengorbanan tertinggi karena dalam melaksanakan haji selama kurang lebih 40 hari lamanya, para jamaah haji tak hanya mengorbankan materi untuk biaya naik haji, tapi juga tenaga, waktu, serta keluarga yang ditinggalkan di rumah. Semua itu semata-mata dilakukan sebagai bentuk kecintaan kita terhadap Allah SWT yang melebihi kecintaan kita terhadap apapun di dunia ini.


Para calon jamaah haji, sebaiknya tidak hanya memahami dan mengerti tentang syarat, rukun dan wajib haji saja, akan tetapi alangkah baiknya jika mereka memahami dan mengetahui sejarah dan makna simbol-simbol yang terkandung dalam ibadah haji. Dengan mengetahui dan memahaminya, diharapkan para hujjaj setelah pulang melaksanakan ibadah haji dapat mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam simbol-simbol tersebut.

Mengetahui  hikmah-hikmah  yang  terselip dalam setiap pelaksanaan ibadah haji memang bukan suatu persyaratan dan kewajiban bagi seorang calon jamaah haji, akan tetapi paling tidak, ia akan menjadi pelengkap kesempurnaan pelaksanaan ibadah haji itu sendiri. Adapun makna-makna yang terkandung dalam rukun dan wajib haji sebagai berikut :

Wukuf

Wukuf yaitu hadir di Padang Arafah mulai tergelincir matahari pada tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah. Wukuf di padang Arafah merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan ibadah haji. Saking pentingnya, sehingga Nabi saw berpesan kepada para sahabat : “Haji itu hanya di Arafah” (HR. Lima orang ahli hadits). Dan dalam riwayat lain : “Barang siapa yang ketinggalan di Arafah pada malam (10 bulan haji) maka batal hajinya”. (HR. Darulqutni).


Melempar Jumrah

Melempar jumrah atau kerikil merupakan salah satu dari tiga wajib haji. Menurut riwayat yang shahih bahwa ketika Nabi Ibrahim as disuruh Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail as syaitan selalu menggoda agar Nabi Ibrahim as mengurung-kan niatnya. Oleh sebab itu, Nabi Ibrahim melemparnya dengan batu beberapa kali sehingga syaitan tersebut lari menjauh.

Hikmah apa yang bisa kita petik dari pelajaran Nabi Ibrahim as tersebut di atas. Bagi seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji, seharusnya mampu melempar dan membuang sifat-sifat jahat yang dimiliki syaitan seperti berbuat keji dan mungkar. Hal ini telah dijelaskan dalam Al Qur’an


Thawaf


Thawaf yaitu mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran dari Hajar Aswad dengan posisi Baitullah di sebelah kiri. Dalam rukun haji, tawaf yang digunakan adalah tawaf ifadah.


Sa’i (Lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah)

Menurut bahasa, Sa’i berasal dari kata Sa’aa-yas’aa-sa’yan yang berarti bertindak, berbuat, berusaha (berikhtiar), sedangkan Shafa berarti suci, bersih dan Marwah berarti santun. Kalau kita gabungkan dari ketiga kata tersebut di atas, maka memiliki makna bertindak, berbuat dan berusaha dengan cara yang bersih dan santun untuk mendapatkan sesuatu. Menurut sejarah, Sa’i dari bukit Shafa dan Marwah dilakukan pertama kali oleh Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim as. Pada saat itu, ia ingin mendapatkan air untuk anaknya, Ismail yang sedang menangis. Setelah 7 kali bolak-balik antara Shafa dan Marwah baru mendapatkan air tersebut.


Tahalul

Tahalul yaitu mencukur rambut sekurang-kurangnya 3 helai.


Qurban


Setelah mengetahui dan memahami makna simbol-simbol yang terkandung dalam ritual ibadah haji, sepantasnya bagi para hujjaj memiliki sifat-sifat yang terpuji dan mengaplikasikan nilai-nilai ritual ibadah haji dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian ia akan mendapatkan predikat sebagai haji mabrur. Bukan hanya sekedar gelar “Pak Haji” atau “Bu Haji”

Wallahu’alam bishowab.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel