Tidak Perlu Khawatir Yah Bunda Cara Ini Bijak Untuk Menyikapi Anak Yang Suka Memegang Bagian Auratnya
Kebanyakan orangtua bingung, bagaimana menyikapi anak yang sering memegang bagian auratnya. Haruskah dilarang atau dibiarkan saja?
Terkejut, tidak senang, spontan ditunjukkan orangtua ketika melihat si buyung memegang-megang bagian auratnya. Bahkan tak jarang langsung marah atau mengancam, “Awas ya, kalau sekali lagi Bunda lihat Adek main-mainin ‘burung’…!” Bahkan, ada pula orangtua langsung memukul tangan anaknya saat itu juga.
Tindakan yang dilakukan orang tua seperti ini tentu akan mengejutkan kenapa ia dimarahi hanya karena memegang auratnya.
Bila orangtua tak memberi penjelasan yang bisa dimengerti anak tentu semakin membuat anak semakin penasaran, dan malah melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Apakah Ini Wajar Dan Normal
Dalam tahap perkembangan anak, menyentuh atau memegang bagian auratnya adalah sesuatu yang wajar. Perilaku ini, dalam psikologi perkembangan, masuk ke dalam fase eksplorasi diri, terang psikolog Septiana Runikasari, staf profesional di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI) Jakarta.
Pada fase tersebut, lanjutnya, anak-anak biasanya sebelum usia sekolah, yaitu 1-6 tahun masih ingin tahu apa yang ada dalam diri mereka, seperti telinga, mata, mulut, termasuk juga kelaminnya. “Saat ini anak-anak sudah bisa merasakan fase kenikmatan pada bagian auratnya. Namun secara kognitif, mereka belum tahu seperti orang dewasa. Mereka hanya merasakan perasaan enak ketika memainkannya, tapi tidak ada pikiran tentang berhubungan,” papar Septiana.
Jadi dilihat dari teori di ranah psikologi yang ada, perilaku seperti ini adalah sebuah kewajaran dan normal terjadi pada anak-anak. Diakui Septiana.
Peran Orang Tua Untuk Mengarahkan Dengan Bijak Menjadi Kuncinya.
Seperti yang dikutip dari ummi-online, Sebagai sebuah hal yang wajar dan normal, semestinya orangtua tidak perlu panik atau bertindak berlebihan saat mendapati anaknya memainkan bagian auratnya. Perilaku ini pada akhirnya akan hilang dengan sendirinya sesuai fase perkembangan berikutnya yang akan dilalui anak, yaitu pada usia 6 atau 7 tahun.
“Kita bisa mulai dengan menanyakan apa yang mereka rasakan. Nanti dari jawaban mereka bisa kita kembangkan menjadi penjelasan. Jadi awalnya kita dulu yang berusaha memahami perasaan anak,” tuntun Septiana.
Sebagai sebuah organ tubuh, bagian sensitif adalah bagian yang mesti dikenalkan kepada anak. Bimbing pula anak untuk memperlakukan bagian tubuhnya itu dengan hormat dan dengan cara yang benar pula.