Sebuah Kisah Yang Bikin Kita Malu, Sungguh Berbanding Terbalik Dengan Budaya Kita
Sebuah kisah yang bila anda membacanya akan membuat anda merasa malu. Di Indonesia kalau ada yang gratis mengapa kita harus bayar, tapi anda akan tercengang membaca kisah ini. Ada lagi yang lebih parah di negeri kita ini, jangankan peduli terhadap orang lain. Ada dari saudara-saudara kita di negeri ini, bahkan banyak yang memanfaatkan musibah orang lain sebagai rejekinya. Sebagai contoh baru – baru ini, bisa anda baca : POLISI Ini Maki Pengendara Dengan Kata “NGGAK PUNYA OTAK SEMUANYA”. Ini yang terjadi.
Kembali lagi pada cerita orang Indonesia yang pergi ke Australia ini. Sebuah posting yang diunggah oleh akun facebook Eko Heru Nugroho. Baca hingga selesai.
Pengalaman org Indonesia di Aussie:
*Kalau Bisa Bayar, Kenapa Ambil yang Gratis!?*
Sebagai salah satu dari 240 juta orang Indonesia, maka cara berpikir saya ,tentunya tidak mungkin bisa terlepas dari pola pikir gaya Indonesia. Salah satunya adalah: _”Kalau bisa gratis, kenapa harus beli?”_
Nah, saya dapat pelajaran baru disini, yang membuat saya tercenung dan merenung diri.
*Sore Hari Roti Gratis*
Awalnya dulu, saya tidak percaya, ketika ada teman dari Indonesia yang sudah lebih lama tinggal disini. Katanya, bahwa toko roti disini, tidak menjual roti yang sudah bermalam. Makanya kalau sudah sore, roti bisa diperoleh secara gratis. Tapi saya sama sekali tidak melihat ada yang antri untuk dapatkan roti gratis Padahal saya pernah saksikan di salah satu mall di Indonesia, pada jam 7 malam ada antrean yang panjaaang, karena roti dijual setengah harga. Nah, apalagi kalau dikasih gratis.
*Pengalaman Dapat Roti Gratis*
Suatu sore, sesudah menikmati secangkir capuciino di Gloria Jeans Café yang capucinno-nya paling enak (menurut saya), kami mampir ke toko roti. Membeli sebatang roti kismis dan minta kepada si mbak penjaga toko roti, untuk dipotongkan, sehingga nanti dirumah gampang, tinggal comot dan makan.
Selesai dipotong dan dibungkus rapi, lalu diserahkan kepada saya. Langsung saya berikan uang lembaran 10 dollar. Tapi ditolak dengan senyum manis, sambil berucap, ”It's free nothing to pay.”
“Are you sure?” kata saya.
Gadis remaja yang tugas jualan disana, menjelaskan, bahwa kalau sudah ditutup, roti tidak boleh lagi dijual. Boleh diberikan kepada siapa yang mau atau diantarkan ke Second Hand shop untuk orang yang membutuhkan.
Agak tercengang juga saya dengar penjelasannya. Terbayang, kalau di Indonesia, wah bisa bangkrut ini, karena orang bakalan menunggu toko tutup supaya dapat yang gratis.
*Ada Pembeli Lain Yang Lebih Membutuhkan*
Belum selesai ngobrol dengan si mbak, tiba tiba ada suami istri, yang juga mau belanja roti. Rupanya mereka tanpa saya sadari sudah mendengar percakapan kami. Kelihatan si Pria adalah orang Australia, sedangkan istrinya adalah tipe orang Asia. Si wanita juga minta roti di mbak, tapi di cegah oleh suaminya, sambil berkata _”No darling, please. We have enough money to buy. Why do we have to pick up a free one? Let’s another people who need it more than us take it."_
Wah... wah, merasa tersindir wajah saya panas… Egoisme saya melonjak kepermukaan, merasa tersindir dengan perkataannya. Dalam hati saya bergumam, ”Hmm saya ini dulu pengusaha tau”.
Tapi, syukur cepat sadar diri, nggak sampai terucapkan. Karena orang yg bicara suami ke istrinya, masa iya saya tiba2 nyelak ditengah tengah? Hampir saja saya berbuat kesalahan. Karena toh mereka tidak omongin saya… Kalau saya merasa tersindir, itu salah saya sendiri.
*Renungan diri*
Hingga menjelang tidur, kata kata si Suami kepada istrinya masih tergiang ngiang rasanya, _"We have enough money to buy... why do we have to pick up a free one."_
Setelah saya renungkan, saya merasakan bahwa kata kata ini benar. Kalau semua orang yang punyai duit, ikut antri dan dapatkan roti gratis, yang biasanya diantarkan ke Second Hand Shop untuk dibagi bagikan gratis, berarti orang yang sungguh sungguh membutuhkan tidak bakalan kebagian lagi roti gratis.
Walaupun saya sesungguhnya mau membayar, namun si mbak yang nggak mau terima uang saya. Pelajaran hidup ini tidak mungkin akan saya lupakan.
*Kalau kita sanggup beli. jangan ambil yang gratis. Biarlah orang lain yang lebih membutuhkan mendapatkannya.*
Sungguh sebuah kepedulian akan sesama yang diterapkan dengan sungguh sungguh hati.
Kini saya baru tahu, kenapa kalau di club ada kopi gratis, tapi jarang ada yang ambil, Mereka lebih suka membeli. Bukan karena gengsi gengsian, tetapi terlebih karena rasa peduli mereka pada orang lain, yang mungkin lebih membutuhkan.
Pelajaran yang sungguh sungguh memberikan inspirasi bagi diri saya.
Tuhan sudah memberikan berkat yang cukup untuk kita, tidak perlu lagi kita mengambil bagian berkat yang diperuntukkan bagi orang lain.
Suatu pengalaman yang sungguh mengetuk hati kita, dimana hal ini sangat bertentangan dengan budaya yang ada di negeri kita. ‘Kalo ada yang gratis, kenapa musti bayar ?’. Kepedulian terhadap sesama saat ini hampir pudar.